top of page
  • Gambar penulisBETA-UAS

Pemetaan Bencana Longsor Cipongkor dengan Drone RAYBE

Tim BETA-UAS dan tanggap bencana longsor Cipongkor
Tim BETA-UAS dan tanggap bencana longsor Cipongkor

Pada tanggal 24 Maret 2024, Desa Cipongkor di Bandung Barat diguncang oleh tragedi longsor yang terjadi saat warga tengah tertidur lelap. Hingga 6 April 2024, delapan korban jiwa berhasil ditemukan, sementara dua lainnya masih dalam pencarian. Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) mencatat bahwa 53% warga terdampak menunjukkan gejala PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).


Kami berkesempatan untuk berkontribusi dalam upaya penanggulangan bencana melalui pemetaan udara bersama relawan SIGAB PERSIS di lokasi. Dengan luas area yang mencapai hampir 200 hektar dan kondisi geografis yang menantang, kami memutuskan menggunakan drone VTOL (Vertical Take-Off and Landing) RAYBE yang kami kembangkan. Drone ini dirancang untuk memetakan area luas dalam sekali penerbangan, ideal untuk situasi dan kondisi seperti di Desa Cipongkor.


Tantangan Pemetaan

Pemetaan tidaklah mudah. Lokasi bencana yang berada di lembah perbukitan sangat rawan angin kencang, ditambah dengan cuaca berkabut dan hujan, membuat penerbangan pertama menghasilkan banyak foto yang tertutup kabut. Keterbatasan ruang untuk take-off dan landing juga menambah kesulitan. Namun, dengan cuaca yang lebih cerah pada hari kedua, RAYBE berhasil menghasilkan foto-foto berkualitas tinggi dalam waktu kurang dari 15 menit.


Hasil pemetaan bencana longsor Cipongkor
Hasil pemetaan bencana longsor Cipongkor

Hasil Pemetaan

Dari data yang diproses, kami memperoleh peta visual bencana yang lengkap dengan visualisasi 3 dimensinya. Perbandingan peta dari RAYBE dengan Google Map sebelum terjadi bencana memberikan gambaran yang jelas tentang dampak longsor terhadap Desa Cipongkor. Peta ini sangat membantu tim penanggulangan bencana dalam melakukan pencarian korban jiwa yang masih hilang dan identifikasi rumah-rumah yang terdampak.


Refleksi dan Harapan

Meskipun misi pemetaan ini dianggap sukses, kami merasa perlu memohon maaf karena baru dapat melakukan pemetaan empat hari setelah bencana terjadi, dikarenakan keterbatasan unit yang tersedia. Ke depan, kami berharap teknologi seperti drone VTOL RAYBE dapat tersedia dan siap dioperasikan di seluruh wilayah Indonesia yang rawan bencana, sehingga penanggulangan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.



Tragedi di Desa Cipongkor mengingatkan kita semua tentang pentingnya kesiapan dan respons cepat dalam menghadapi bencana alam. Melalui inovasi dan teknologi, seperti pemetaan bencana longsor dengan drone, kita dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya penanggulangan bencana. Kami berdoa agar korban yang masih hilang dapat segera ditemukan dan warga Desa Cipongkor diberikan kekuatan untuk melewati masa sulit ini.

0 komentar
bottom of page